Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Baru Belajar Sebentar, Anak Komunitas "Lampung Mendengar" Langsung Lincah Tampilkan Modern Dance

Minggu, 27 November 2022 | Minggu, November 27, 2022 WIB Last Updated 2022-11-27T11:02:12Z


MP Bandar Lampung - Tepuk tangan meriah memenuhi aula Kampus A FKIP Universitas Lampung (Unila). Rasa haru, bangga, dan tak percaya menyeruak di wajah para orang tua dari anak-anak komunitas "Lampung Mendengar" (LM). Minggu, 27 November 2022.


Penampilan anak-anak dengan beragam gangguan pendengaran ini mengawali pelatihan parenting terapi sensori motorik pada anak berkebutuhan khusus. 


Pelatihan parenting yang dimotori oleh Dr. Fitri Daryanti, M.Sn. selaku ketua Unit Kerjasama FKIP Universitas Lampung dilaksanakan untuk membantu orang tua dalam pengasuhan anak disabilitas, terutama pada pengembangan integrasi sensori motorik  Kegiatan ini menjadi awal dari kerjasama antara FKIP Universitas Lampung dengan komunitas "Lampung Mendengar" dalam pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus.


Anak dengan disabilitas pendengaran memiliki keterbatasan pada indra pendengaran, yang dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah indera pendengaran yang mengalami kerusakan dalam taraf berat hingga tidak berfungsi.


Sementara kurang dengar adalah kerusakan ada indera pendengaran yang masih dapat berfungsi, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids). 


Anak-anak dengan gangguan pendengaran sangat rentan menghadapi stereotipe, tekanan, diskriminasi, dan audism (anggapan yang salah tentang anak tuna rungu akan mempunyai kecerdasan yang kurang dibanding anak normal).


Kesalahpahaman dan tekanan pada anak dengan gangguan pendengaran ini akan sangat mengganggu proses belajar dan merusak perkembangan emosi dan sosial.


Untuk mengatasi beragam tantangan yang muncul dalam pengasuhan tersebut, orang tua dari anak dengan gangguan pendengaran di Lampung membentuk komunitas yang dinamakan "Lampung Mendengar" pada tahun 2016. 


Komunitas ini menjadi ajang silaturahmi, berbagi informasi, menjembatani aspirasi kaum disabilitas kepada pihak pemerintah atau pihak-pihak terkait, dan pendampingan perkembangan anak hingga mandiri dan mendapatkan hak sebagai warga negara.


Psikolog Ratna Widiastuti dalam pelatihan parenting ini menjelaskan bahwa anak perlu mengembangkan integrasi sensori.


Hal ini merupakan kemampuan anak untuk merasakan, memahami, dan mengatur informasi sensorik dari gerak tubuh (motorik) dan lingkungannya. 


Integrasi sensorik tercermin dalam perkembangan, pembelajaran, dan perasaan anak tentang dirinya sendiri.


Pada dasarnya, integrasi sensorik yang baik pada anak yang baru berkembang akan membantunya dalam menyortir, mengatur, dan akhirnya menyatukan semua input sensorik ke dalam fungsi otak yang utuh.


Ketika fungsi sensori anak utuh dan seimbang, maka gerakan tubuh akan menjadi sangat adaptif, belajar menjadi mudah, dan tentunya memunculkan perilaku "baik" secara alami.


Selanjutnya, maka perkembangan sosial dan emosional anak menjadi lebih baik, sebab bagaimana seorang anak berintegrasi melalui sistem sensorik akan memberikan landasan yang baik untuk menerima dunia realitasnya. 


Karakteristik utama dari sensori pada anak-anak dengan gangguan pendengaran adalah kemampuan visualnya memiliki kelebihan berupa ketajaman visual peripheral, yaitu kemampuan melihat ke sisi kiri dan sisi kanan dengan baik disaat bersamaan dengan melihat kedepan. 


Kelebihan ini perlu dioptimalkan selama pendampingan pembelajaran, diantaranya adalah dengan terapi sensori motorik. Orang tualah yang memiliki berperan yang besar dalam usaha mengembangkan integrasi sensorik anak.


Aktivitas terapi sensori motorik yang dirancang dengan baik akan mendukung perkembangan anak. 


Praktik berupa aktivitas menari yang dipandu tim Prodi Tari FKIP Universitas Lampung memperlihatkan bagitu cepatnya anak-anak ‘Lampung Mendengar" belajar tari Tor-tor dan modern dance.


Wajah ceria dan gerakan riang yang terintegrasi apik dengan irama musik. Beberapa orang tua menyampaikan ketakjuban mereka akan ketrampilan dan unjuk bakat anak-anak ini.  


Ketua Komunitas "Lampung Mendengar" Novi Srawaili, M.Pkim  berharap kegiatan pendampingan anak-anak ini akan terus berlanjut dan bertambah.


Terbukti bahwa dengan aktivitas tari membantu anak menemukan kegiatan yang menarik, menunjukkan bakat, dan memudahkan anak dalam meningkatkan integrasi sensori motoriknya. (*) 

×
Berita Terbaru Update