Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Musapat Sikapi Anjloknya Harga Udang Vaname di Aceh

Senin, 22 September 2025 | Senin, September 22, 2025 WIB Last Updated 2025-09-22T10:11:01Z


MP Banda Aceh - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Musyawarah Adat Petani Tambak Provinsi Aceh, T. Jamal Usman, sangat prihatin terhadap hasil usaha petani tambak di bidang budidaya udang Vaname yang terancam gulung tikar di Kabupaten Aceh besar serta beberapa daerah lainnya.


Mengamati hasil tersebut, T. Jamal Usman, dalam siaran pers rilisnya menyampaikan, beberapa bulan terakhir harga udang vaname di pasaran seluruh Provinsi Aceh menjadi anjlok drastis bahkan boleh dibilang terjun bebas. 


"Beberapa tempat pasar usaha Udang dengan ukuran 70 – 125 per kilogram bisa kita beli dengan harga 50 ribuan saja yang sebelumnya 70 Ribu – 80 Ribu Rupiah, untuk yang ukuran 50 – 60 perkilogram kini disekitaran harga 60 Ribuan padahal sebelumya bisa mencapai 90 Ribu – 100 Ribu Rupiah," ujarnya, pada Senin, (22/09/2025). 


Disinyalir hal ini terjadi akibat imbas dari penolakan ekspor udang dari tanah air ke Amerika Serikat. Isu yang berkembang bahwa produk kita terkontaminasi zat radioaktif sehingga tidak memenuhi standar pangan di negara adidaya tersebut.


"Mungkin bagi sebagian masyarakat fenomena ini adalah hal yang menggembirakan tapi tidak bagi para pelaku tambak. Bagaimana tidak, mereka harus menjual hasil panen dengan harga yang jauh lebih murah sementara biaya pakan relatif tinggi. Kalau terus seperti ini, jangankan dapat untung modalpun terancam tidak kembali," terangnya. 


Selanjutnya pengurus DPD Musapat Aceh Besar Ny. Samsimar mendukung Sikap Ketua Musapat Provinsi.


"Sebenarnya untuk produk udang vaname dari Aceh belum ada indikasi pasti adanya kandungan bahan berbahaya yang dipersoalkan tapi kita ikut merasakan dampak langsung dengan tidak diterimanya produk kita," ucapnya. 


 “Sangat disayangkan, padahal udang vaname adalah salah satu komoditas ekspor unggulan,” sambungnya.


Dia juga menegaskan, bahwa hal ini tidak bisa diabaikan oleh para pemangku kebijakan, harus segera ada upaya konkrit agar para pelaku petani tambak tidak mengalami kerugian yang berkepanjangan.


Ny. Samsimar berpendapat, jika saja industri pengolahan hasil laut & perikanan darat Aceh dikembangkan, mungkin bisa saja mengurai permasalahan seperti ini.


 Solusi lain adalah mengoptimalkan gudang pendingin yang sudah ada dan jika perlu membangun beberapa titik lagi, serta menjalin mitra dengan daerah lain juga tidak kalah penting, jadi kita tidak selalu tergantung dengan Provinsi tetangga terutama Sumatera Utara. (R-74).

×
Berita Terbaru Update