Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pemerintah Pastikan Neraca Perdagangan Indonesia Surplus

Senin, 30 Mei 2022 | Senin, Mei 30, 2022 WIB Last Updated 2022-05-30T05:21:30Z

 


MP Jakarta - Menteri Keuangan Republik Sri Mulyani memastikan bahwa kinerja perdagangan Indonesia sukses surplus dalam 24 bulan berturut-turut.


Hal itu disampaikan Sri Mulyani saat menjadi keynote speakder di Lembaga National Single Window (LNSW) Fest 2022 yang mengangkat tema Sinergi Wujudkan Indonesia Maju 2045.


“Kinerja perdagangan Indonesia mencatat surplus hingga April 2022. Dan ini 24 bulan berturut-turut neraca perdagangan Indonesia terus mengalami surplus,” ucap Sri Mulyani dilihat dari akun YouTube Kementerian Keuangan, Senin (30/5/2022).


Dia mengatakan surplus neraca perdagangan menjadi salah satu yang akan menjaga ekonomi Indonesia terutama saat pemulihan pandemi. Menurut dia, momentum ini akan terus diupayakan untuk ditingkatkan.


“Adanya tren kenaikan harga maupun pemulihan ekonomi global akibat pandemi dan juga menggeliatnya kegiatan ekonomi di Indonesia memberikan kontribusi yang sangat positif dari eksternal kita,” ucapnya.


Namun, dia memastikan pemerintah akan terus waspada dengan kondisi yang bisa berefek negatif pada pemulihan ekonomi pasca pandemi. Terutama kondisi geopolitik dunia yang menyebabkan kenaikan harga.


“Namun kita tidak boleh berpuas diri, karena meski pemulihan ekonomi di Indonesia berjalan, kita melihat di sisi global muncul risiko baru yang mesti kita waspadai, terutama dalam bentuk kenaikan harga-harga komoditas yang meningkat sangat cepat sangat ekstrem,” ujarnya.


Menurutnya, sebagai negara pengekspor komoditas, Indonesia sebenarnya punya sisi yang menguntungkan. Akan tetapi, kalau kenaikan harga komunitas terlalu tinggi, justru membuat Negara-negara lain mengetatkan kebijakan moneternya.


“Namun di sisi lain kenaikan harga yang sangat ekstrem mendorong inflasi di level global terutama negara-negara maju yang ekstrem juga. dan ini diikuti pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat, Eropa, dan Inggris,” ucapnya.


“Hal ini perlu kita waspadai dalam momentum pemulihan ekonomi global,” tutupnya.(*) 

×
Berita Terbaru Update